Bahan Alternatif Untuk Plafon

Telah diuraikan pada artikel sebelumnya, bahwa terdapat berbagai macam bahan untuk membuat plafon. Bila selama ini kita hanya memakai gipsum atau triplek sebagai bahan untuk membuat plafon, kini sudah saatnya Anda melirik ke bahan lainnya. Banyak material yang bisa dijadikan pilihan, baik yang dipakai hanya sebagai elemen dekoratif, atau sebagai bagian dari struktur plafon. Material-material untuk membuat plafon dapat Anda temukan di berbagai tempat, dan sudah banyak digunakan baik di rumah tinggal maupun bangunan publik.

Kayu

imagebahan yang satu ini sebenarnya merupakan metrial dasar untuk rangka atap dan plafon biasanya disembunyikan di belakang penutup plafon. Namun sekarang, jika diolah dengan baik, kayu bisa dijadikan aksen plafon yang cantik. Rangka kayu atap tetap ditutup, namun mengekspos kuda-kuda kayunya yang telah difinishing. Bila Anda memilih bentuk ini, Anda akan tetap membutuhkan penutup plafon yang sesuai dengan kayu yang diekspos tersebut. Penutup ini diletakkan di antara rangka yang diekspos dan genteng. Biasanya bahan yang digunakan adalah triplek atau lambrisering. Bahan penutup cukup dipaku ke rangka atap kemudian difinishing dengan rapi. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan plafon kayu, yaitu pilihlah kayu yang sudah bebas rayap agar tidak mudah keropos. Selain itu, karena material ini dapat mengembang dan menyusut jika terkena panas ataupun hujan, maka pilihlah kayu berkualitas bagus dan yang sudah dioven dengan baik, seperti jati, kamper, damar dan merbau.

Kain

Penggunaan kain sebagai plafon biasanya bertujuan untuk memperkuat suasana di salah satu ruangan di dalam rumah. Misalnya Anda ingin suasana hangat dan intim di ruang keluarga, maka Anda bisa menggunakan kain sebagai pilihan plafon. Atau jika Anda merasa ruangan di rumah Anda terlalu tinggi, maka anda dapat mempergunakan kain untuk membuat ruangan tersebut menjadi lebih nyaman. Hal ini disebut dengan penurunan plafon (down ceiling).

Kaca

imagePemakaian kaca sebagai plafon masih jarang ditemukan di Indonesia. Hal ini karena kaca bisa memasukkan cahaya dan panas dalam jumlah yang sangat besar, sehingga kurang cocok dengan iklim di Indonesia. Jika menggunakan plafon kaca di Indonesia, suhu ruangan akan menjadi tinggi dan rumah pun menjadi tidak nyaman lagi untuk ditinggali. Karena itu, plafon kaca biasanya digunakan hanya untuk aksen. Bahan yang kurang mendapat cahaya matahari secara langsung dapat memakai bahan kaca ini. Untuk menjaga keamanan, kaca yang digunakan sebaiknya adalah kaca tempered dengan ketebalan minimal 10 mm. Pemasangannya pun harus menggunakan rangka yang kuat pada semua sisi, sehingga kaca dapat terjepit kuat dan tidak mudah bergerak. Apabila luas plafon cukup besar, sebaiknya digunakan kisi-kisi yang jaraknya berdekatan satu sama lain, agar kaca tertopang dengan baik.

Bambu

Bambu yang digunakan untuk plafon biasanya sudah dipotong tipis-tipis dan kemudian dianyam menjadi sebuah lembaran besar atau yang disebut gedhek. Saat akan memasangnya, lembaran ini tinggal dipaku ke rangka kayu di atasnya. Namun rangka yang dipakai haruslah lebih rapat dari rangka kayu biasanya, hal ini bertujuan agar lembaran gedhek tidak melengkung nantinya. Karena gedhek terbuat dari anyaman bambu, terdapat celah-celah kecil yang dapat dimanfaatkan oleh serangga-serangga kecil dan debu bisa masuk ke dalam ruang. Untuk mencegahnya, sebaiknya beri lapisan dasar dahulu, misalnya triplek, baru kemudian gedhek dipasang diatas lapisan tersebut.

Metal

Metal bisa menjadi alternatif material untuk plafon. Bahan dasar material ini adalah baja ringan yang dilapis dengan Zincalume. Plafon metal terdiri dari beberapa modul-modul papan yang dipasang pada rangka. Ada beberapa macam macam modul dan ukuran lubang grid (ada jenis plafon metal yang berlubang, ada yang tidak). Jika Anda mempergunakan plafon metal berlubang-lubang maka gunakan kain hitam yang diletakkan di atas plafon untuk menahan debu dari atap.

Lampit

Material ini merupakan material unik dan alternatif. Lampit merupakan kerajinan yang biasanya digunakan untuk alas lantai. Anda juga bisa memakainya untuk plafon yang berfungsi sebagai aksen. Kelemahannya, lampit mempunyai celah antar anyamannya sehingga debu dari ruang atas plafon bisa jatuh ke ruangan. Untuk mengatasinya, pasang terlebih dahulu rangka plafon dengan material penutup plafon seperti gipsum, GRC, atau multiplek. Setelah itu baru pasang lampit menumpang pada penutupnya.

Gipsum

Gipsum merupakan bahan yang paling umum dan banyak dipakai./ Setidaknya ada dua bentuk plafon yang bisa diolah dari gipsum, yaitu bentuk plafon bertingkat dan bentuk plafon lengkung.

Plafon bertingkat (drop ceiling), bentuk ini mempunyai perbedaan elevasi plafon. Bentu ini ada dua jenis yaitu plafon bertingkat biasa dan plafon bertingkat celah. Bedanya plafon bertingkat celah mempunyai lubang di antara elevasi plafon atas dengan plavon bawah yang biasa digunakan untuk penempatan lampu. Keduanya cocok untuk menutupi elemen bangunan yang ketinggiannya lebih rendah seperti untuk menutupi balok struktur.

Plafon lengkung (curve ceiling), bentuk inibisa berbentuk lengkung cembung maupun lengkung cekung. Kekuatan utama bentuk lengkung ini terletak pada struktur rangkanya. Ada dua rangka utama yaitu rangka balok utama dan rangka balok anak. Tidak semua rangka harus dilengkungkan, hanya salah satu saja yang dilengkungkan. Minimal ketebalan papan gipsum yang dapat dilengkungkan adalah 6,5 mm dengan radius kelengkungan antara 450-900 mm. Jarak antara stud yang dibutuhkan sekitar 150 mm. [Tabloid Rumah]